Minggu, 09 Oktober 2011

TUGAS-TUGAS LINGUISTIK

C. TUGAS-TUGAS LINGUISTIK
Para ilmuan umumnya sepakat bahwa tugas atau fungsi ilmu pengetahuan biasanya diringkaskan dalam:
(1) Tugas deskriptif dan eksplanatif
(2) Tugas predikatif dan pengembangan
(3) Tugas control
Ketiga butir diatas ini akan kita lihat penerapannya dalam Linguistik:
1. TUGAS DESKRIPTIF DAN EKSPLANATIF.

Ada perbedaan antara melukiskan dan menerangkan, yang kedua ini lebih terperas (exhaustive) dan lebih lebih mendalam. Melukiskan adalah langkah awal sebelum menerangkan. Para linguis tidaklah puas dengan hanya pemberian atau penyusunan-penyusunan istilah-istilah linuistik seperti: noun, verb, aktif, pasif, transitif, intransitive, finite dan non finite, verbal, majemuk, kompleks dan sebagainya.
Gejala-gejala bahasa tadi haruslah dijelaskan sebab-sebabnya dan akibat-akibatnya. Pemerian sempurna dari sebab akibat satu gejala bahasa harus bermodalkan sistematika, eksplisit, keajegan dan kesernestaan kerangka kerja dalam pengolahan segala data yang diperlukan. Setelah mengetahui bahwa anak-anak umumnya tidak bisa mengucapkan bunyi /r/ dengan jerni, harus lah diterangkan umpamanya:
(a) Dimana tempat dan sifat artikulasi bunyi tersebut.
(b) Bagaimana organ-organ vocal anak dibandingkan dengan orang dewasa.
(c) Apakah ini terjadi pada setiap anak, atau pada anak-anak tertentu saja.
(d) Apakah anak yang begini akan lebih tinggi kemahiran bahasanya kalau dia mempelajari bahasa yang tidak ada atau tidak banyak memakai bunyi tersebut.
(e) Pada usia beberapa bunyi itu dikuasai dan sebagainya.

2. TUGAS PREDIKTIF DAN PENGEMBANGAN.

Tugas menduga-duga ini tentunya setelah gejala-gejala yang ada diamati dengan seksama dan disimpulkan. Kesimpulan ini lalu dijadikan titik tempat para linguis menghentakkan kaki untuk meloncat dalam menduga-dugadan meramal, atau berhipotesa lagi. Dengan demikian gejala-gejala konsep, dalil yang lebih tinggi tarafnya.
Sebagai contoh kita ambil kalimat mejemuk bertingkat. Dalam pemerian sederhana, kalimat mejemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa yang tidak setaraf, yaitu satu klausa tidak bisa berdiri tanpa klausa yang lainnya. Lebih terurai lagi kita jelaskan sebagai berikut: kalimat tadi terdiri dari dua kalimat sederhana yang digabungkan dengan kata (ganti) penghubung. Satu kalimat sederhana membawa satu gagasan tersendiri dan sederhana, jadi dua kalimat sederhana yang digabungkan membawa dua gagasan sederhana. Ini adalah satu proses berpikir dewasa. Bagi anak-anak sulit (sesuai dengan tingkatan kognitif mereka). Dari gejala yang telah diurai ini dan dibumbui dalil-dalil lain barangkali bisa diramalkan hal-hal sebagai berikut:
(a) Anak-anak (pada tahap tertentu) akan mendapatkan kesulitan membuat (mengerti) kalimat-kalimat mejemuk setara.
(b) Pengajaran bahasa (khususnya pengajaran-pengajaran kalimat) akan lebih berhasil bila materi yang disajikan disusun dari yang sederhana (kalimat sederhana dahulu baru kalimat majemuk) dan sebagainya.

3. TUGAS KONTROL.
Ilmu pengetahuan apapun jenisnya akhirnya akan bermuara pada:
(1) Pencapaian hal-hal yang dihasrati,dan
(2) Penghindaran diri dari hal-hal yang tidak diingini.
Pencapaian atau pehindaraan sesuatu diatas adalah suatu akibat yang direncanakan dan dikendalikan manusia. Sebagai contoh kita bisa melihat kesulitan siswa SMTP dan SMTA dalam mempelajari bahasa inggris. Para linguis sesudah melukiskan (deskripsi) bahasa Indonesia dan bahasa inggris dapat mempraduga kesulitan-kesulitan ini. Umumnya kesulitan-kesulitan ini adalah hal-hal yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kesulitan ini adalah yang tidak kita ingin, jadi kita harus menghindarinya. Bagaimana kita mengontrol dan mengendalikannya? Ini akan memakan banyak waktu dan prosesnya akan bertahap. Rangkaian tahapan prosesnya ini akan berkesinambungan sebagai berikut:
Pertama
Pada setiap level ini kedua bahasa tadi akan dibandingkan. Pada tahap fonologis bahasa inggris umpanya terhadap fonim /v/, /θ/, /∫/, /ð/, /э/, dan sebagainya sedang dalam bahasa Indonesia fonim-fonim tadi tidak ada. Demikian pula pada tahap marfologi untuk menyatakan jamak dalam bahasa inggri, misalnya kita umumnya menambahkan –S diakhiri kata benda, sedang dalam bahasa Indonesia pembentukan jamak itu bisa dengan pengulangan kata benda (missal buku-buku), atau dengan memakai kata para (missal para linguis) dan sebagainya. Dalam tahap sintaksis pun demikian, misalnya dalam penempatan kata sifat. Dalam bahasa inggris kata sifat ditempatkan sebelum kata benda (missal: a good book). Sedangkan dalam bahasa Indonesia ditempatkan sesudahnya (misal: buku baik). Sampai disini kegiatan para linguis baru pada tingkat deskripsi dan eksplanasi saja.
Kedua
Setelah ada kesimpulan deskripsi diatas maka para linguis bisa memprediksi kesulitan yang akan dihadapi para siswa antara lain:
(1) Mereka mengucapkan /s/ atau /z/ untuk fonim /∫/ dan /э / .
(2) Mereka akan mengucapkan /t/ dan /d/ untuk fonim /θ/ dan /ð/.
(3) Mereka akan menempatkan kesulitan dalam membiasakan diri menambahkan -S umtuk kata benda bentuk jamak sewaktu menulis.
(4) –S ini besar kemungkinan akan diucapkan sama sebagai /s/ atau /z/ saja untuk setiap kata benda.
(5) Mereka akan mendapat kesulitan dalam membiasakan, menempatkan kata sifat sebelum kata benda, dan sebagainya.

Ketiga

Kondisi-kondisi disini banyak acuannya, dan yang paling banyak berperan dalam hal ini adalah antara lain guru pengajar, buku pelajaran, tehnik yang dipergunakan dan sebagainya. Kondisi-kondisi inilah yang harus dipermainkan oleh para linguis. Untuk mencapai maksud tersebut barangkali langkah-langkah berikut ini akan ditempuh:
(1) Guru-guru minimal harus sudah mengetahui dan menghayati perbedaan-perbedaan yang ada antara kedua bahasa baik pada tahap fonologis, marfologis dan sintaksis.
(2) Guru-guru harus menguasai perbedaan-perbedaan umpamanya pada bunyi-bunyi tadi dan mampu memahami entry behavior siswa.
(3) Penyusunan buku-buku pelajaran dikondisi supaya sangat memperhatikan perbedaan-perbedaan tadi. Dengan demikian penyajian materi dalam buku itu akan disusun bertingkat dari yang mudah ke yang sukar, dan bagian-bagian yang berbeda tadi akan mendapatkan penekanan khusus dalam buku tersebut. Dengan demikian para pemakai buku tersebut akan merasa tidak dipersulit oleh buku tersebut dan sebagainya.